Bolehkah Meninggalkan Amar Ma’ruf Nahi Munkar demi?

Amar ma’ruf nahi munkar adalah salah satu ajaran dalam Islam yang sangat penting. Amar ma’ruf artinya menyuruh kepada kebaikan, sedangkan nahi munkar artinya mencegah dari keburukan. Dalam agama Islam, amar ma’ruf nahi munkar adalah kewajiban yang harus dilakukan oleh setiap umat Muslim. Namun, apakah boleh meninggalkan amar ma’ruf nahi munkar demi alasan tertentu?

Arti Amar Ma’ruf Nahi Munkar

Sebelum membahas boleh atau tidaknya meninggalkan amar ma’ruf nahi munkar, ada baiknya kita memahami terlebih dahulu arti dari amar ma’ruf nahi munkar. Amar ma’ruf nahi munkar adalah perintah untuk menyuruh kepada kebaikan dan mencegah dari keburukan. Perintah ini ditegaskan dalam Al-Quran surat Ali-Imran ayat 104, yang artinya: “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebaikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar. Mereka itulah orang-orang yang beruntung.”

Bolehkah Meninggalkan Amar Ma’ruf Nahi Munkar?

Setiap umat Muslim memiliki kewajiban untuk melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar. Namun, ada beberapa alasan yang membuat seseorang terpaksa untuk meninggalkan amar ma’ruf nahi munkar. Salah satu alasan yang sering muncul adalah takut terjadi konflik atau permusuhan antar sesama Muslim.

Menurut Imam al-Ghazali, dalam kitabnya Ihya Ulumuddin, ada beberapa situasi yang membolehkan seseorang untuk meninggalkan amar ma’ruf nahi munkar, di antaranya:

Situasi Pertama

Seseorang tidak boleh melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar jika ia tidak memiliki kemampuan untuk melakukannya. Misalnya, jika seseorang tidak memiliki kekuatan fisik atau kekuatan hukum untuk melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar, maka ia tidak boleh dipaksa untuk melakukannya.

Situasi Kedua

Seseorang juga tidak boleh melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar jika ia takut terjadi konflik atau permusuhan antar sesama Muslim. Namun, jika tidak ada cara lain untuk mencegah keburukan tersebut, maka seseorang harus tetap melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar tanpa memikirkan konflik atau permusuhan.

Situasi Ketiga

Seseorang juga tidak boleh melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar jika ia khawatir akan merusak hubungan baik antar sesama Muslim. Namun, jika keburukan tersebut sangat merugikan umat Muslim secara umum, maka seseorang tetap harus melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar tanpa memikirkan hubungan baik tersebut.

Situasi Keempat

Seseorang tidak boleh melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar jika ia khawatir akan membahayakan dirinya sendiri atau keluarganya. Namun, jika keburukan tersebut sangat merugikan umat Muslim secara umum, maka seseorang tetap harus melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar tanpa memikirkan bahaya yang akan dihadapinya.

Kesimpulan

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa seseorang tidak boleh sembarangan untuk meninggalkan amar ma’ruf nahi munkar. Ada beberapa situasi tertentu yang membolehkan seseorang untuk meninggalkan amar ma’ruf nahi munkar, namun tetap harus mempertimbangkan kepentingan umat Muslim secara umum. Oleh karena itu, sebagai umat Muslim, kita harus senantiasa melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar sebaik mungkin, dengan mempertimbangkan situasi yang ada dan tetap mengedepankan kepentingan umat Muslim secara umum.