Muslimah Patuhi Perintah Suami atau Orang Tua

Sebagai seorang muslimah, patuh pada perintah Allah SWT adalah hal yang harus diprioritaskan dalam hidup. Namun, terkadang kepatuhan tersebut menjadi bingung ketika harus memilih antara perintah suami atau orang tua. Apa yang seharusnya dilakukan dalam situasi seperti ini?

Pentingnya Patuh pada Suami

Sebagai istri, patuh pada suami adalah kewajiban utama. Hal ini ditegaskan dalam Al-Quran Surah An-Nisa ayat 34, “Laki-laki itu adalah pemimpin bagi perempuan, karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (perempuan), dan karena laki-laki itu memberikan nafkah dari hartanya. Maka perempuan yang saleh adalah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara mereka.”

Dalam hadist riwayat Bukhari dan Muslim, Rasulullah SAW pernah bersabda, “Tidaklah seorang wanita salat lima waktu, puasa bulan Ramadan, menjaga kehormatan dirinya, serta taat pada suaminya, melainkan dia akan masuk surga dari pintu mana saja yang ia kehendaki.”

Dari sini, dapat disimpulkan bahwa patuh pada suami adalah bagian dari ketaatan pada Allah SWT dan berdampak positif pada kehidupan akhirat.

Pentingnya Patuh pada Orang Tua

Patuh pada orang tua juga merupakan kewajiban bagi setiap muslimah. Al-Quran Surah Al-Isra ayat 23-24 menyatakan, “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia, dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah’ dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang mulia.”

Dalam hadist riwayat Bukhari, Rasulullah SAW pernah ditanya oleh seseorang, “Siapakah yang paling berhak untuk aku berbakti?” Beliau menjawab, “Ibumu.” Kemudian orang itu bertanya lagi, “Lalu siapa yang setelah itu?” Rasulullah SAW menjawab, “Ibumu.” Kemudian orang itu bertanya lagi, “Lalu siapa yang setelah itu?” Rasulullah SAW menjawab, “Ibumu.” Baru setelah itu, beliau menjawab, “Lalu ayahmu.”

Dari ayat dan hadist di atas, patuh pada orang tua juga merupakan bagian dari ketaatan pada Allah SWT dan memiliki dampak positif pada kehidupan akhirat.

Musyawarah dan Kesepakatan

Ketika harus memilih antara perintah suami atau orang tua, sebaiknya dilakukan musyawarah dan mencari kesepakatan bersama. Hal ini sesuai dengan ajaran Islam yang menekankan pentingnya musyawarah dalam mengambil keputusan.

Al-Quran Surah Ali Imran ayat 159 menyatakan, “Maka karena rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian setelah kamu membulatkan tekad, bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.”

Dalam hal ini, muslimah dapat meminta pendapat dari suami dan orang tua serta membicarakan hal tersebut dengan baik dan bijak. Tujuan utamanya adalah mencari solusi terbaik yang dapat memenuhi kepentingan semua pihak tanpa melanggar aturan agama.

Kesimpulan

Patuh pada suami dan orang tua merupakan kewajiban bagi setiap muslimah. Ketika harus memilih antara perintah suami atau orang tua, muslimah sebaiknya melakukan musyawarah dan mencari kesepakatan bersama. Hal ini sesuai dengan ajaran Islam yang menekankan pentingnya musyawarah dalam mengambil keputusan. Dengan demikian, muslimah dapat menjalankan kewajibannya sebagai seorang muslimah dengan baik dan meraih keberkahan dari Allah SWT.